Macanasia.net ! SAMPANG || Pelantikan H. Amin Arif Tirtana, S.Ag., M.Si sebagai Direktur Perumda Air Minum Trunojoyo Sampang pada Rabu malam (02/07/2025), berlangsung meriah dengan sorak-sorai dan tepuk tangan. Namun di balik seremoni hangat tersebut, masih tersimpan bau krisis yang tak kunjung teratasi dalam tubuh PDAM.
Pergantian pucuk pimpinan dari H. Moh. Zuhri, SH, MM ke H. Amin Arif tak serta-merta meredam kemarahan publik. Justru, di tengah kemegahan acara, keresahan masyarakat menguat, menyoroti deretan masalah yang bertahun-tahun belum terselesaikan: distribusi air tak lancar, tagihan melonjak drastis, dan denda keterlambatan yang mencekik.
Banyak pelanggan mengeluhkan tagihan air yang meningkat hingga dua kali lipat, sementara suplai air justru semakin tak menentu. Ironi ini makin terasa karena sebagian besar warga harus memasang pompa pribadi agar bisa menikmati air bersih — itupun jika tersedia. Tanpa itu, pipa PDAM hanyalah saluran kosong yang tak membawa apa-apa.
“Air tidak mengalir, tapi tagihan jalan terus. Ini seperti kami membayar untuk layanan yang tidak kami terima,” keluh seorang pelanggan di wilayah Gunung Sekar.
Divisi Hubungan Langganan (Hublang) juga menjadi sorotan tajam. Warga menilai kinerja Hublang minim respons dan tidak empatik terhadap laporan pelanggan.
“Kami sudah sering melapor, tapi tidak pernah ada tindak lanjut. Ini bukan hanya birokrasi lambat, ini bentuk pengabaian,” ujar Tohiri, warga Gunung Sekar.
Dalam pidato perdananya, Direktur Amin berjanji akan membenahi sistem distribusi dan manajemen PDAM. Namun warga menanggapi janji tersebut dengan skeptisisme. Menurut mereka, yang dibutuhkan bukan janji, melainkan langkah konkret dan keberanian untuk membongkar persoalan internal, terutama di sektor pelayanan pelanggan dan sistem penagihan.
“Kalau Direktur baru hanya jadi wajah baru tanpa perubahan nyata, maka ini bukan solusi, tapi hanya pergantian aktor dalam sistem yang gagal,” tegas Tohiri.
Ia mendesak agar dilakukan audit menyeluruh, evaluasi personel, dan perbaikan total infrastruktur. “Kami tidak butuh seremoni, kami butuh air bersih yang benar-benar mengalir,” tambahnya.
Kini, publik menunggu apakah kepemimpinan baru ini mampu menjawab harapan masyarakat, atau sekadar menjadi bagian dari siklus kegagalan yang terus berulang.(Zai)